web analytics
Home » About

Sejarah

“Saya memikirkan bagaimana melanjutkan perjuangan saya, untuk menyelamatkan dan menyembuhkan alam. Bagaimana uang ini bisa dikukuhkan menjadi dana abadi untuk mengumpulkan dana atau sumber daya lain guna mendukung perjuangan menjaga lingkungan?”. Khususnya kita tidak saja menghadapi perusakan alam yang didorong oleh pembangunan, tetapi juga perubahan iklim. Jika tidak ada yang melawan seperti yang kita lakukan, bumi pasti akan lebih rusak”.

  • Aleta Ketika ditanya mengapa Aleta Baun menyerahkan sebagian besar dana sebagai pemenang Goldman Environment Prize Award 2013 dan mendirikan Mama Aleta Fund (MAF).

Pendirian MAF (2017) tak lepas dari perjuangan kolektif orang Mollo melindungi Naususu – sang batu ibu yang digempur tambang marmer pada 1986. Aleta Baun, lahir Maret 1965, salah satu anak perempuan pimpinan adat orang Mollo terpanggil memimpin perjuangan orang Mollo, Amanuban dan Amanatun menghentikan perusakan hutan, gunung batu ibu serta gunung batu lainnya sepanjang 1996 – 2005. Bersama para pimpinan adat dan Lulbas – anak-anak muda laki-laki dan perempuan yang menjadi kurir dan pengorganisir kampung; memimpin perjuangan menghentikan tambang marmer. Salah satu cara yang dilakukan adalah memblokade dan menenun bersama para perempuan di lokasi tambang. Inspirasi perjuangan tersebut, Aleta Baun mendapatkan beberapa penghargaan, termasuk Goldman Environment Prize 2013, Yap Thiam Hien Award (YTHA, 2016); Saparinah Sadli 2017; Anak Flobamora Award 2014 .

“Penghargaan ini saya persembahkan untuk masyarakat suku Mollo, Amanuban dan Amanatun”, ujar Aleta pada pidato malam penghargaan Goldman Enviromental Prize award, 15 April 2013 di San Fransisco, Amerika Serikat. Penghargaan ini adalah pengakuan global atas perjuangan perempuan Timor menyelamatkan masyarakat adat dan alamnya. Bagian dari penghargaan ini adalah hadiah sebesar USD 150 ribu sebagai hadiahnya. Aleta Ba’un memutuskan menggunakannya untuk membantu perempuan yang berjuang menyelamatkan masyarakat dan alam. Sepulang ke Indonesia, dia meminta Samdhana Institute membantu proses pembentukan Mama Aleta Fund.Pada April 2014, Aleta Baun dan Samdhana Institute mengundang beberapa lembaga dan individu untuk diajak mendiskusikan tentang rencana pendirian Mama Aleta Fund (MAF). Pertemuan bertempat di Samdhana Institute ini dihadiri Abdon Nababan (AMAN), Siti Maimunah (JATAM/TKPT), Pantoro K (PIKUL), Catharina Dwi H. (GEF-SGP), Nonete Royo dan Neni Rochaeni (Samdhana Institute). Pertemuan menyepakati pendirian Yayasan Mama Aleta Baun (MAF). MAF berfokus mendukung perempuan bersama komunitasnya yang menyelamatkan dan menyembuhkan alam. Sebab, orang Mollo percaya jika kita merusak tubuh alam, seperti merusak tubuh manusia. MAF diluncurkan pada 11 Maret 2017 di Jakarta, dilanjutkan dengan acara peluncuran pada 7-9 April 2017 di Nausus, Mollo.

Mengapa Perempuan?​

“Karena perempuan yang terdepan menghadapi kesulitan akibat rusaknya alam dan dampak musim yang tidak menentu akibat perubahan iklim. Budaya patriarki membuat perempuan menyiapkan makanan untuk keluarga dan masyarakat, membuatnya berhubungan erat dengan ladang, hutan dan air. Hubungan dekat perempuan dengan alam, tidak serta merta membuat pengalaman dan suara perempuan disengar apalagi dilibatkan dalam pengambilan keputusan baik dalam skala keluarga, komunitas dan negara”.

“Terutama bagi wanita di bagian timur Indonesia. Bagian timur seperti hulu Indonesia. Bagian barat Indonesia sudah lama rusak, jadi bagian timur harus kita selamatkan. Belum lagi banyak kasus kekeringan, kemiskinan, dan pekerja pendatang dari daerah ini. Kita harus menghemat ruang hidup kita, yang pada akhirnya mengarah pada penghematan makanan dan penghidupan. Saya mengajak semua untuk menyebarkan informasi tentang pentingnya perempuan terlibat dan dilibatkan dalam mengeloala dan menjaga alam. Kepedulian perempuan adalah kelangsungan hidup generasi mendatang.”

  • Aleta Baun ketika ditanya mengapa MAF mendedikasikan dananya untuk mendukung masyarakat melalui aksi perempuan. Aleta merujuk pengalamannya saat berjuang menyelamatkan alam dan menyaksikan bagaimana orang Mollo mengalami ancaman, intimidasi dan kekerasan. Keluarga Aleta juga menghadapi ancaman pembunuhan oleh preman yang dikirim penguasa. Ia terpaksa membawa bayi perempuannya yang berusia tiga bulan bersembunyi di hutan, bahkan berpindah dari satu desa ke desa lainnya untuk menyelamatkan diri dan keluarganya.

Dukungan MAF

MAF menyediakan dana, akses pengetahuan dan jaringan, juga memfasilitasi pemimpin perempuan untuk mempromosikan kepemimpinan perempuan. MAF percaya pentingnya mengumpulkan dan menyebarkan “kisah-kisah baik” pengetahuan perempuan dan gerakan mereka dalam mempertahankan ruang hidup dan menyembuhkan alam. MAF menyediakan dukungan bagi:

  1. Perempuan pembela lingkungan dalam melindungi alam dan masyarakat lokal dari perusakan lingkungan.
  2. Pemberdayaan generasi muda untuk dukungan antar generasi dalam mengatasi lingkungan secara lestari dan menghadapi perubahan iklim.
  3. Promosi ketahanan pangan dan inisiatif kreatif ekonomi lokal.
  4. fasilitasi berbagi pengetahuan dan jaringan kepemimpinan perempuan dalam isu lingkungan dan keadilan sosial.
  5. Peningkatan kesadaran dan dukungan publik untuk membantu para pemimpin perempuan di Indonesia bagian timur dalam menjaga bumi dan penghidupan.

Dukungan MAF dilakukan lewat tiga program utama:

NAUSUSU. Program fellowship untuk pemimpin perempuan lokal di Indonesia bagian timur dengan menyediakan dukungan dana, pertukaran pengetahuan, akses jaringan dan perlindungan hukum. Nausus artinya “yang memberi susu” dalam bahasa Timor.

LULBAS. Program beasiswa bagi anak muda untuk belajar dari dan bersama Naususu. Mereka berperan sebagai pembelajar sekaligus asisten Nausus. MAF akan memberikan biaya hidup bulanan bagi mereka untuk bekerja sebagai peneliti sosial. Lulbas tersedia bagi mahasiswa, peneliti, akademisi yang memiliki keahlian dan minat terhadap isu-isu perempuan dan lingkungan. Lulbas berarti “utusan” dalam bahasa Timor.

OLIF TATAF. Jejaring pendukung dan sumber daya MAF yang dikelola dan menjadi sumber pendanaan, keahlian, pengetahuan dalam mendukung kerja-kerja dan menjalankan misi MAF. Siapa pun dapat berkontribusi sebagai pendukung dengan memberikan donasi, keterampilan teknis, akses ke jaringan, magang atau berbagai jenis dukungan lainnya.

Tujuan MAF

  1. Mendukung perjuangan masyarakat, khususnya perempuan dalam mempertahankan wilayah hidup, berjuang memulihkan dan menolak perusakan alam.

  2. Pengembangan dan penguatan generasi baru masyarakat, dengan ikatan sosial yang kuat, terutama yang dirajut para perempuan, atas tantangan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan menghadapi tantangan besar perubahan iklim.
  3. Keberlanjutan pangan dan pengembangan ekonomi kreatif, terutama penghidupan kaum perempuan yang berkaitan dengan keselamatan rakyat dan pemulihan alam.

  4. Pertukaran pengalaman antar wilayah untuk pembelajaran dan pengetahuan mengenai kepemimpinan perempuan.

Pendanaan

Sumber Pendanaan MAF berasal dari:

Dana Abadi.
Dana kontribusi awal dari Aleta Ba’un yang bersumber dari hadiah the Goldman Environmental Prize Award sejumlah $150,000 dan beberapa donatur atau para pendukung lain.

Dana Dampingan.
Dana dampingan untuk memperbesar dana awal atau dana abadi yang dikelola MAF untuk untuk melaksanakan program. Dana ini bisa berasal dari sumbangan/hibah/hadiah dari berbagai pihak (termasuk individu), serta dukungan organisasi dan institusi yang sepakat dan mempunyai komitmen mendukung gerakan perlindungan wilayah adat seperti yang diperjuangkan oleh Aleta Ba’un dan masyarakat Mollo. cSumber pendanaan dampingan di tahap awal antara lain berasal dari the Samdhana Institute dan Ford Foundation Program sebesar $150 ribu dan Dana Hibah Kecil dari GGF SEA Advisers $5,000, dll.

Dana Publik.
Dana yang dikumpulkan pada pengalangan dana publik dari berbagai sumber, termasuk donasi, penjualan produk lokal, ziarah batu ibu dan lainnya.

Scroll to Top