Kemarin, Selasa 29 Oktober 2024, Aleta Kornelia Baun atau lebih dikenal dengan Mama Aleta mendapatkan penghargaan untuk individu kategori Local Humanitarian Actor Award dalam Initiative Forum 2024 yang dihadiri oleh multistakeholder. Event Initiative Forum merupakan Forum Filantropi yang diselenggarakan oleh Humanity Initiative, yang sebelumnya dikenal sebagai PKPU (Pos Keadilan Peduli Umat) yang memfokuskan pada isu kemanusiaan, lingkungan, dan kebencanaan. Pada tahun 2020, PKPU berganti nama menjadi Human Initiative yang terafiliasi dengan jaringan global.
Dewan Juri menganugerahkan Local Humanitarian Actor Award 2024 kepada Mama Aleta atas kepemimpinannya dalam melawan perusahaan tambang marmer yang mengancam situs-situs bebatuan Nausus, tempat sakral bagi masyarakat adat Mollo. Bagi masyarakat Mollo, batu-batu Nausus dikenal sebagai “batu ibu” atau “batu yang menyusui” – tulang penyangga bumi yang menjaga keberadaan mata air, sumber kehidupan mereka.
Dalam pidatonya, Mama Aleta menekankan pentingnya melindungi sumber daya alam sebagai cara mencegah bencana. Ia menyatakan, “Kami tidak menjual apa yang kami tidak bisa buat. Menjaga sumber daya alam sama saja menghindarkan dari bencana.” Pernyataan ini mencerminkan prinsip yang ia junjung tinggi, yaitu bahwa alam tidak hanya dilindungi untuk generasi saat ini tetapi juga untuk keberlangsungan masa depan.

Kehadiran Mama Aleta di Initiative Forum tidaklah sendirian; ia ditemani para penerima penghargaan lainnya yang mewakili pejuang kemanusiaan dari berbagai bidang, seperti Prigi Arisandi dari Gresik, penerima Environmental Humanitarian Award, Nani Zulminarni penerima Women Humanitarian Award, serta Angkie Yudistia penerima Youth Humanitarian Award.
Mama Aleta tampil dengan busana khas Mollo, mengenakan kain tenun sebagai bawahan, lengkap dengan ikat pinggang, tas, dan penutup kepala yang semuanya terbuat dari tenun. Bagi masyarakat Mollo, tenun bukan sekadar kain, tetapi simbol ikatan dengan alam dan leluhur. Tenun menjadi the common – nilai bersama yang menyatukan komunitas, mengajarkan kebersamaan, serta menjadi identitas budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan mengenakan tenun, Mama Aleta tidak hanya membawa dirinya, tetapi juga membawa suara dan semangat kolektif Mollo di panggung internasional.
Selain penerima kategori individu, Human Initiative turut memberikan penghargaan kepada komunitas atau kelompok, di antaranya: Waste4Change untuk kategori Environmental Humanitarian Award; Kelompok Wanita Nelayan (KWN) Fatimah Azzahra untuk kategori Women Humanitarian Award; BUMDES Tirta Mandiri di Desa Ponggoh-Klaten untuk kategori Local Humanitarian Award; dan Angkie Yudistia untuk kategori Youth Humanitarian Award.
Dengan penganugerahan berbagai kategori ini, Humanity Initiative berharap mampu membangkitkan gelombang besar kepedulian terhadap isu-isu kritis yang menyangkut kemanusiaan, kelestarian lingkungan, dan ancaman bencana. Harapannya, penghargaan ini bukan sekadar simbol, tetapi menjadi pemicu tindakan nyata agar semakin banyak orang terpanggil untuk melindungi ruang hidup manusia dari kerusakan dan kehancuran.