“Tubuh alam adalah tubuh yang hidup, seperti tubuh manusia. Air seperti darah, tanah seperti daging, udara seperti nafas. Jika salah satu bagian tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit.” Mama Aleta Baun.
Aleta Baun, yang lebih dikenal sebagai Mama Aleta, adalah seorang tokoh perempuan yang dihormati di kalangan masyarakat adat Mollo, Timor Tengah Selatan. Bersama komunitas adatnya, Mama Aleta berhasil menyelamatkan Pegunungan Mutis dari ancaman kerusakan yang diakibatkan oleh penambangan marmer. Pegunungan Mutis, yang memiliki nilai sakral bagi masyarakat Mollo, hampir hancur oleh aktivitas penambangan yang mengeksploitasi gunung-gunung batu di wilayah tersebut.
Dengan keberanian dan kebijaksanaan yang luar biasa, Mama Aleta bersama para perempuan Mollo melakukan aksi protes damai yang sangat unik dan simbolis. Mereka menenun di bawah gunung yang sedang ditambang, sebuah tindakan yang menggambarkan keterikatan mendalam antara manusia dan alam. Melalui tenunan, mereka mengekspresikan perlawanan terhadap perusakan lingkungan serta mempertahankan warisan leluhur yang terjalin erat dengan alam.
Berhasilnya upaya penyelamatan Pegunungan Mutis tidak hanya melestarikan lingkungan fisik, tetapi juga menjaga tradisi dan budaya masyarakat adat Mollo. Pegunungan Mutis yang disebut sebagai “jantung” pulau Timor ini memiliki peran penting sebagai sumber air bagi masyarakat sekitar. Selain itu, Mama Aleta dan komunitas adatnya juga tengah berjuang mengembalikan keberagaman pangan lokal yang telah tercerabut akibat kebijakan penyeragaman pangan pada beras. Kebijakan ini telah membuat masyarakat Mollo rentan terhadap ketahanan pangan.
Lopo Mollo: Menghidupkan Kembali Lumbung Pangan Lokal
Salah satu upayadalam menjaga ketahanan pangan lokal adalah menghidupkan kembali Lopo Mollo, yaitu lumbung pangan tradisional masyarakat Mollo. Lopo Mollo tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan pangan, tetapi juga menjadi simbol kemandirian dan ketahanan komunitas adat. Melalui lumbung pangan ini, masyarakat Mollo dapat menyimpan dan mengakses berbagai hasil bumi lokal, seperti jagung, umbi-umbian, dan kacang-kacangan, yang selama ini menjadi bagian penting dari pola makan mereka.
Dalam hal ini perempuan Mollo memainkan peran strategis dalam menjaga dan mengelola Lopo Mollo. Mereka tidak hanya bertanggung jawab atas penyimpanan dan distribusi pangan, tetapi juga terlibat aktif dalam proses produksi pangan, seperti bercocok tanam, memanen, dan memelihara benih lokal. Melalui pengetahuan dan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun, perempuan Mollo memastikan bahwa komunitas mereka tetap mandiri secara pangan, terhindar dari ketergantungan pada bahan pangan dari luar.
Selain itu, peran perempuan Mollo dalam menenun sebagai bentuk protes damai terhadap penambangan marmer menunjukkan bagaimana mereka menjadi penjaga sekaligus pembela lingkungan. Mereka menjaga keseimbangan antara alam dan budaya, serta memastikan bahwa warisan leluhur tetap hidup dan terlindungi.
Perjuangan Mama Aleta Baun dan perempuan Mollo adalah contoh nyata dari bagaimana kearifan lokal dan keteguhan hati dapat menjadi benteng pertahanan dalam melawan ancaman terhadap lingkungan, budaya, dan ketahanan pangan. Kisah ini menyentuh hati dan membuka mata kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Kisah-kisah penuh makna dari Mama Aleta dan masyarakat Mollo dapat kamu saksikan disini .