Saya Gunarti, seorang petani. Saya baru ingat beberapa hari setelah 20 Mei 2025, ternyata hari itu merupakan peringatan hari Kebangkitan Nasional. Hari yang wajib diperingati negara setiap tahunnya. Saya ingin melakukan refleksi, melihat masa lalu dan memandang masa depan.
Entah dengan cara apa kali ini negara memperingati hari besar ini. Mungkin kita harus mengingat, apa ya yang dibangkitkan saat dicetuskan pertama kalinya. Lantas kita bandingkan, apakah yang mau dibangkitkan saat ini masih nyambung dengan saat pertama dibuat.
Ketika hari kebangkitan nasional itu dibuat, pasti ada momen yang paling bersejarah. Apakah sekarang anak-anak muda sekarang paham artinya kebangkitan nasional? Apa toh yang harus dibangkitkan sekarang? Kenapa harus dibangkitkan? Di nasional itu apa? Siapa yang melakukan?
Bagaimana anak-anak muda memiliki rasa bertanggung jawab, merasa mencintai, merasa punya jati diri, nasionalisme yang selalu dengungkan. Jika saat ini saja sudah semakin krisis pemahaman tentang hal-hal seperti itu, bagaimana generasi dengan yang akan datang?
Apa tidak semakin jauh dari obor ?
Apakah kita masih bisa berharap untuk generasi mendatang itu bisa meneruskannya? Jika rasa mencintai jati dirinya semakin jauh. Nah kalau sudah seperti itu, lalu ini tugas siapa memberikan pemahaman pada mereka? Atau memang tidak usah paham ya? Sehingga hari-hari besar itu ya hanya tinggal kenangan.
Maaf, maaf sekali ini. Kenapa saya seperti marah ya?
Hal ini karena saya semakin prihatin. Sayang, eman dengan generasi-generasi muda sekarang yang semakin jauh dari akar budaya. Semakin Jauh dari warisan leluhur dari alam sang sumber kehidupan.
Padahal adanya kita sekarang itu karena adanya leluhur-leluhur yang dahulu. Sementara generasi-generasi mendatang adalah anggung jawab kita untuk mentransfer pemahaman itu, dari para sesepuh dari orang tua para leluhur. .
Sekaranglah saatnya untuk berbagi pengetahuan, menebarkan virus-virus kebaikan, memahamkan jerih payah para pejuang harus sesering mungkin didongengkan, diceritakan kepada anak-anak generasi muda dan kepada siapapun yang mau. Jika Tidak mau, ya harus ditawarin.
Jangan merasa kehilangan ucapan, karena ucapan sekarang keluar, besok masih bisa berucap lagi. Tidak akan kurang, tidak akan rugi, karena ucapan tidak harus beli, atau kulakan seperti pedagang .
Ucapan itu pemberian dari yang sang pencipta, kita tinggal menggunakannya dengan sebaik baiknya agar berguna.
Kebangkitan nasional harus dimulai dari bangkitnya diri sendiri, bangkitnya keluarga. Bangkitkan sesama hidup untuk lingkungan, tanah air nusa dan bangsa.
Matur nuwun



