web analytics
Home » Blog » Seruan Nguri-uri Petani di Peringatan Hari Tani Nasional dari Gunarti

Seruan Nguri-uri Petani di Peringatan Hari Tani Nasional dari Gunarti

Untukmu kaum petani di seluruh pelosok nusantara, kuucapkan Selamat Hari Tani Nasional,  24 September 2025

Saya juga seorang petani. Sesama petani, kita merasakan hal yang sama: bergelut dengan lumpur, keringat, panas, hujan, dan ketidakpastian. Kita bertarung melawan ketidakadilan, menghadapi kebijakan yang tidak berpihak pada petani maupun pada Ibu Bumi.

Namun berbanggalah, wahai dulur-dulurku petani se-Nusantara.
Kita harus banyak bersyukur, karena kita tidak pernah mengenal krisis pangan. Kita selalu punya lumbung-lumbung pangan. Kita tetap akan berdiri tegap menghadapi segala carut-marut di negeri ini.

Andai negara ini mengalami krisis besar, itu bukan karena kita.
Kita masih bisa menanam, memanen, dan menggunakan secukupnya untuk keluarga. Kita terbiasa hidup sederhana.

Untukmu para pemimpin, pejabat pemerintah, dan Bapak Presiden, kuucapkan Selamat Hari Tani.

Mungkin Anda tidak mendengar jeritan para petani di kampung-kampung, karena Anda hanya mengandalkan laporan.

Hari ini, dimanapun berada, petani menjadi korban kebijakan dari putusan jari tangan Anda, yang membuat ruang hidup para petani semakin sulit. Kawasan peruntukan diubah tanpa rembugan dengan warga petani.

Perlu Anda ingat.
Bukankah selama hidup Anda pun butuh makan dan minum? Itu semua jerih payah kaum petani dan kasih sayang Ibu Bumi.

Namun sampai saat ini, mengapa Anda belum merasa bahwa petani harus diuri-uri? Maksud diuri-uri itu adalah petani harus dirawat, dilindungi, dan dilestarikan, diteruskan perjuangannya. Artinya bukan hanya ning ucapan tapi tindakan nyata menuju petani tetep urip lan nguripi, tetap hidup dan menghidupi.

Sebab, petani adalah tiang, adalah soko guru negeri ini. Tanpa petani, saya percaya negara ini tidak akan berumur panjang seperti rumah tanpa tiang, kekuatannya tidak akan lama.

Jika saat membaca isi hati ini Anda teringat bahwa sesendok nasi, sehelai sayur, butuh waktu berbulan-bulan untuk dihasilkan, semoga hati Anda terketuk. Itu semua jerih payah petani.

Semoga hati Anda bisa berubah, untuk tidak merusak lumbung pangan, lingkungan, sumber mata air, sawah, maupun laut semua yang menjadi sumber kehidupan bagi petani, nelayan, buruh, pejabat, dan seluruh makhluk hidup.

Bukankah kita harus hidup selaras dan seimbang?
Uang bergudang-gudang itu tidak enak dimakan, lho. Kita memang butuh uang, kendaraan, dan fasilitas, tetapi secukupnya saja. Ingat, jangan berlebihan.

Anda makan dan minum berlebihan, akibatnya bagaimana? Anda tahu sendiri.
Anda tidur dan beristirahat berlebihan, akibatnya bagaimana? Itu pun berdampak bukan hanya pada diri Anda, tetapi juga merepotkan banyak orang, termasuk kami.

Mari, dulur-dulur petani, tetap mantep menjadi petani.
Karena petani adalah wujud bekti kepada Ibu Bumi dan Bapak Angkasa, kepada semesta dan alam.

Mari juga para pemerintah, pejabat, dan pemimpin negeri ini: sama-sama melestarikan Ibu Bumi, nguri-uri petani, menjaga sumber mata air, agar kehidupan negeri ini berkelanjutan.

Mari tumbuhkan generasi penerus menjadi petani untuk menjaga Ibu Bumi. Lestarinya Ibu Bumi, lestarinya alam, lestari pula kita semua. Dengan begitu, negara akan menjadi adil, makmur, dan sejahtera.

Sejahtera bukan dinilai dari harta benda berlimpah atau uang yang banyak, melainkan dari hidup yang bebas dari ancaman terutama ancaman dari pemerintah sendiri yang digaji lewat pajak rakyat. Bukan pula dari pengrusakan lingkungan dan alam.

Petani, pedagang, nelayan, buruh, pengusaha, dan penguasa saling membutuhkan, saling menyambung keperluan. Jangan saling mengancam, jangan saling menikam, agar kehidupan tetap selaras.

Scroll to Top