web analytics
Home » Taen Hine

Taen Hine

Berbeda dengan pengetahuan kini yang didominasi oleh sekolahan dan internet, Perempuan Nausus justru menunjukkan pengetahuan itu asalnya plural, diantaranya pengetahuan dari leluhur, dari alam, dan dari hubungan dengan orang lain atau masyarakat, dari hubungan dengan pengalaman ketubuhan kita, dari teknologi dan lainnya. Beralaskan pengetahuan para pemimpin perempuan yang merawat pengetahuan dari leluhur dan alam, MAF menyajikan Taen Hine, atau kumpulan dari pengetahuan dan praktek yang dilakukan Nausus beralaskan pengetahuan dari leluhur dan alam.

Lontar – Pohon Kehidupan

Di tanah kering Nusa Tenggara, ketika musim kemarau panjang membuat bumi retak, pohon lontar berdiri tegak dengan pelepah yang terentang menantang matahari. Orang Timor menyebutnya pohon kehidupan, sebab dari akar hingga pucuk, semua bagiannya bisa dimanfaatkan. Buah dan bunganya menjadi santapan, batangnya kokoh dijadikan tiang rumah, daunnya dianyam menjadi atap peneduh dan tali pengikat. Dari […]

Lontar – Pohon Kehidupan Read More »

Lanjung, Keranjang Rotan yang Menggendong (hasil) Alam dan Tradisi

Lanjung, Keranjang Rotan yang Menggendong (hasil) Alam dan Tradisi

Di punggung Mardiana, perempuan dayak Ma’anyan Kalimantan Tengah, lanjung menggantung setia. Terbuat dari anyaman rotan yang lentur, keranjang ini bukan hanya alat angkut, ia adalah perpanjangan tubuh, bagian dari ritme hidup, dan simbol hubungan antara manusia, alam, dan leluhur. Digunakan sehari-hari di kebun atau hutan, lanjung menjadi ruang untuk menyimpan hasil bumi sekaligus pengetahuan lokal

Lanjung, Keranjang Rotan yang Menggendong (hasil) Alam dan Tradisi Read More »

Baju Keang, Pakaian dari Bahan Kulit Kayu, Menyatu dengan Alam dan Leluhur

Kerap kita lihat, perempuan dayak Ma’anyan di Kalimantan Tengah menggunakan pakaian dari kulit kayu. Misalnya, Ibu Mardiana Daren yang tinggal di Tamiyang Layang, lebih suka menggunakan pakaian kulit kayu yang kadang difungsikan sebagai blazer dan rompi. Atasan berwarna coklat kayu itu masih terlihat pola serat kayunya. Meski pakaian dari kulit kayu sudah tidak populer dan

Baju Keang, Pakaian dari Bahan Kulit Kayu, Menyatu dengan Alam dan Leluhur Read More »

Batu Nama, Pohon Nama, Air Nama

Orang Mollo mengakui bahwa mereka bagian dari alam. Tanah adalah bagian dari tubuh, jiwa, dan asal-usul mereka. Melalui hubungan yang dekat dengan alam, masyarakat adat Mollo—terutama para perempuan—mewarisi pengetahuan tentang identitas, sejarah keluarga, dan batas-batas wilayah hidup. Pengetahuan ini tertanam dalam apa yang mereka sebut sebagai Batu Nama, Pohon Nama, dan Air Nama.  Setiap marga

Batu Nama, Pohon Nama, Air Nama Read More »

Sangketan

Sangketan. Sang Pengusir Sawan & Angin Buruk

Gunarti, perempuan Nausus dari Kendeng, suatu hari bercerita tentang daun tanaman Sangketan, yang sering ditemui di sela-sela batu kapur pegunungan. Baginya, daun ini bukan sekadar tanaman liar, tapi tanaman yang menghubungkan dirinya dengan leluhur, tanah, dan tradisi. Sangketan tumbuh merambat dengan daun hijau pekat berbentuk oval, ujungnya meruncing seperti ujung tombak kecil. Batangnya tipis namun

Sangketan. Sang Pengusir Sawan & Angin Buruk Read More »

Scroll to Top