web analytics
Home » Blog » Selamat Hari Lahir Pancasila
Hari Lahir Pancasila

Selamat Hari Lahir Pancasila

Selamat pagi, dulur-dulur. Semoga semua sehat selalu.

Selamat Hari Lahir Pancasila, yang bertepatan pada hari Minggu Wage, 1 Juni 2025.
Hari yang sangat-sangat melegakan, setelah sesak di dada berpuluh tahun, mulai tahun 2012, kami menghadapi dulur Kendeng yang diancam dan diserang oleh Semen Indonesia. Hari ini, 31 Mei, dinyatakan berhenti sementara. Rasanya lega, walaupun baru sementara. Tapi semoga untuk selamanya.

Momen Hari Lahir Pancasila seperti alam yang tak pernah berbohong. Kita seperti diuji: Seberapa keteguhan kita dalam mempertahankan hak, dan seberapa  kita berbakti pada  Ibu Bumi. Seperti orang berpuasa, pada saatnya akan ada hari raya—Lebaran.

Pancasila dilambangkan pada burung Garuda, yang di dadanya tertulis lima sila sebagai dasar hidup.Itu sebenarnya sebagai dasar kehidupan manusia, jika kita mau memahaminya—sebagai dasar laku sehari-hari:

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa
    Semua orang di dunia ini Tuhannya hanya satu. Jadi sebenarnya tak boleh bagi sesama makhluk untuk saling menindas, saling menipu, saling merusak, saling menghianati—apalagi membunuh. Itu tak boleh.
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
    Sewajibnyalah itu dibuktikan: memanusiakan manusia, bagian dari menghormati sesama hidup, sesama orang yang punya perasaan, punya nurani, bisa diajak bicara.
  3. Persatuan Indonesia. 

Sila ke-3 berarti sebagai wadah antara negara dan masyarakat. Tak ada negara tanpa rakyat. Lahirnya Pancasila untuk mengingat bahwa wadah dan isi harus nyambung.

  1. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan. Semua harus melalui proses—dirembuk—supaya Pancasila tidak hanya dibuat pancal-pancalan, sikut-sikutan, dibuat kudung atau jadi alasan-alasan saja.Ini selaras antara pemimpin dan yang dipimpin, antara negara dan masyarakat. Itu harus terus diturunkan, dipahamkan ke generasi sekarang, supaya generasi yang akan datang pun tidak kehilangan cerita, tidak kehilangan sejarah, tidak kehilangan contoh.
  2. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
    Keadilan ini harus ditegakkan. Namun saat ini masih jadi pertanyaan: untuk siapa dan untuk apa? Banyak pertanyaan belum terjawab. Keadilan belum dirasakan menyeluruh semua elemen, apalagi masyarakat kecil di pelosok seperti petani, buruh dan nelayan. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa pandang bulu. Kalau ada masalah, mereka yang diadili duluan, ditindas. Masalahnya di atas, tapi yang kena imbas adalah masyarakat di bawah

Jika ada masalah di pemerintahan, masyarakat kecil lah yang jadi korbannya.Tapi bagaimana dengan orang-orang besar? Para pejabat, para pengusaha, PT-PT besar? Di mana buktinya keadilan sosial itu?Wujud sosialnya seperti apa? Sudahkah merata?

Tapi ini belum terlambat. Masih banyak waktu dan kesempatan, jika kita mau melakukannya.
Di kaki  lambang Burung Garuda, ada yang dicengkeram dengan kokohnya, tertulis:
Bhinneka Tunggal Ika. Apa artinya itu? Apakah kita sudah melakukannya? Atau kita lupa? Atau belum tahu?

Saya rasa, lahirnya Pancasila ini sudah dipikirkan matang-matang. Jika dilaksanakan, tatanan pemerintahan negara Nusantara kita tidak akan seperti ini—morat-marit, semakin jauh dari harapan. 

Ayo, teruslah gagah, Garudaku. Teruslah bersuara lewat mulut manusia yang terketuk hati nuraninya. Lambangmu akan selalu ada dan kami berusaha wujudkan—walaupun dimulai dari yang kecil, sejak dini, dari keluarga, kelompok, dan ke sesama hidup.Supaya semua bisa merasakan hidup nyaman, lestari, sejahtera.

Garudaku bukan hanya simbol, tetapi itu pedoman, pegangan hidup. Orang tanpa pedoman, tanpa pegangan, bagaikan perahu yang terombang-ambing di tengah lautan, tanpa mesin, tanpa dayung, apalagi nahkodanya.

 

Matursuwun

Gunarti

 

Scroll to Top