Perempuan pembela HAM masih menjadi terminologi baru di telinga kita. Padahal perempuan adalah bagian yang tak terpisahkan dari komunitas pembela HAM.
Tantangan utama para perempuan pembela HAM saat mengedepankan isu hak perempuan adalah berhadapan dengan kerentanan dan kekerasan khusus yang muncul dalam dua bentuk. Pertama, serangan terhadap tubuh dan seksualitas perempuan yang dijadikan elemen utama dalam penilaian kesucian dan harga diri perempuan di masyarakat yang patriarkal. Tubuh dan seksualitas ini tidak henti-hentinya dijadikan objek kekerasan. Kedua, serangan terhadap perempuan atas dasar stereotip dan atas dasar peran gendernya. Buku ini menunjukkan bahwa hak asasi perempuan adalah bagian dari hak asasi manusia (women rights is human rights) yang juga wajib diperjuangkan, dan saat ini masih jauh dari prioritas masyarakat, termasuk para pejuang HAM.
Lewat pengalaman perempuan pembela HAM yang melalui berbagai kepahitan dari deraan kerentanan dan kekerasan yang dialami oleh sejumlah perempuan yang memilih hidupnya sebagai pembela HAM, kita akan memahami lapis persoalan yang mereka hadapi. Perjuangan HAM perempuan merupakan perjuangan panjang untuk perlindungan, pemenuhan dan penegakan HAM khususnya hak asasi perempuan. Dalam keseharian mreka akan berhadapan atau berbenturan dengan nilai-nilai konstrusi sosial, agama, dan budaya setempat. Mereka akan dituduh menggoyang keseluruhan struktur masyarakat yang selama ini ada. Hal inilah yang biasanya memunculkan resistensi dari keluarga dan komunitas terhadap pembela hak perempuan tersebut. Di sisi lain, sesama aktivis pembela HAM pun seringkali tidak melihat upaya pembelaan hak asasi perempuan sebagai aktivitas yang diprioritaskan dalam pembelaan HAM. Maka, para pembela hak-hak perempuan maupun perempuan yang bekerja untuk penegakan HAM pada umumnya tidak hanya dituntut untuk berjuang demi komunitasnya, tapi secara pribadi juga terus bergelut untuk memperjuangkan keyakinan dan aktivitas yang mereka pilih.