Dalam episode podcast Kata Mama Aleta kali ini, kami berbicara mengenai berbagai tantangan yang dihadapi oleh perempuan adat di daerahnya. Aleta menjelaskan secara mendetail tentang multi-beban yang harus ditanggung oleh perempuan adat, mulai dari peran domestik hingga tekanan dari rentenir, serta dampak krisis iklim yang semakin memperburuk kondisi mereka.
Peran Domestik dan Tekanan Rentenir
Perempuan adat di NTT memiliki peran penting dalam rumah tangga. Mereka bertanggung jawab atas pekerjaan domestik seperti memasak, mencuci, merawat anak, dan memastikan kebutuhan dasar keluarga terpenuhi. Namun, peran mereka tidak berhenti di situ. Banyak perempuan adat juga harus mencari nafkah untuk mendukung ekonomi keluarga, sering kali dengan bekerja di ladang atau menjual hasil bumi.
Namun, tekanan ekonomi yang berat sering kali memaksa mereka untuk meminjam uang dari rentenir. Aleta menjelaskan bahwa banyak perempuan adat terpaksa terjerat utang kepada rentenir dengan bunga yang tinggi. Praktik ini tidak hanya menambah beban ekonomi mereka, tetapi juga menciptakan siklus kemiskinan yang sulit diputus. Mereka harus bekerja lebih keras untuk membayar utang, tetapi pendapatan yang diperoleh sering kali tidak cukup untuk melunasi bunga yang terus meningkat.
Dampak Krisis Iklim
Krisis iklim menambah kompleksitas masalah yang dihadapi oleh perempuan adat di NTT. Perubahan cuaca yang ekstrem dan tidak menentu membuat hasil panen menjadi tidak stabil. Ketidakpastian ini menyebabkan pendapatan dari sektor pertanian menurun, sementara kebutuhan hidup sehari-hari tetap harus dipenuhi. Aleta menekankan bahwa kondisi ini memperburuk beban ekonomi yang sudah berat akibat utang kepada rentenir.
Krisis iklim juga mempengaruhi ketersediaan air bersih dan sumber daya alam lainnya yang sangat bergantung pada kehidupan sehari-hari mereka. Perempuan harus berjalan lebih jauh untuk mencari air dan kayu bakar, menambah beban fisik dan waktu yang mereka habiskan untuk pekerjaan domestik. Ini semua terjadi di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu dan utang yang terus menghimpit.
Beban Gender dan Siklus Kemiskinan
Aleta menggarisbawahi bahwa perempuan adat sering kali menanggung beban gender yang berlapis. Mereka harus mengurus rumah tangga, mencari nafkah, dan mengelola utang, sementara juga menghadapi tekanan sosial dan budaya yang membatasi peluang mereka untuk meningkatkan taraf hidup. Beban ini diperparah oleh praktik rentenir yang eksploitatif dan dampak perubahan iklim yang merusak sumber penghidupan mereka.
Perempuan adat yang terjerat utang kepada rentenir sering kali sulit keluar dari siklus kemiskinan. Pendapatan yang rendah dan beban bunga yang tinggi membuat mereka terus berada dalam kondisi finansial yang sulit. Krisis iklim yang memperburuk hasil panen dan menambah beban fisik hanya memperparah kondisi mereka. Dalam situasi ini, perempuan adat harus berjuang lebih keras untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka.
Solusi dan Harapan
Aleta Baun menyampaikan bahwa untuk mengatasi multi-beban ini, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas internasional. Pemberdayaan perempuan adat melalui pendidikan, pelatihan keterampilan, dan akses ke sumber daya ekonomi yang adil dapat membantu mereka keluar dari jeratan kemiskinan. Selain itu, upaya untuk mengurangi dampak krisis iklim dan praktik rentenir yang eksploitatif harus menjadi prioritas.
Melalui perjuangan dan solidaritas, perempuan adat di NTT diharapkan dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan. Aleta menutup dengan harapan bahwa kesadaran akan masalah ini dapat memicu perubahan positif yang mendukung kesejahteraan perempuan adat dan komunitas mereka secara keseluruhan.