web analytics
Home » Blog » Berontak Sebagai Syarat Kehidupan, Kebengisan Industri Tambang di mata perempuan Kepulauan
Berontak Sebagai Syarat Kehidupan, Kebengisan Industri Tambang di mata perempuan Kepulauan

Berontak Sebagai Syarat Kehidupan, Kebengisan Industri Tambang di mata perempuan Kepulauan

“Torang nyanda pernah tapikir akan ke kantor Komnas HAM, Komnas Perempuan, kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, nyanda! Tako sebetulnya mau baku dapa itu deng orang-orang besar. Tapi torang harus berusaha untuk berani, ini kita pe tanah yang jadi taruhan,” katan Maria perempuan pejuang HAM lingkungan dari Sangihe, mengingat pertemuan-pertemuan yang menurutnya menegangkan. Rasa takut bertemu dengan orang-orang yang dianggapnya terhormat itu, dia kalahkan demi perjuangan mempertahankan tanah.


Dinamika perlawanan, proses tumbuhnya keberanian melawan dari perempuan, yang pemalu, hingga menjadi perempuan berani, di garis depan perlawanan. Cerita ini menarik, bagaimana pejuang perempuan mendamaikan konflik batin, konflik dengan keluarga dan lingkungan kampungnya, yang merupakan persoalan-persoalan manusiawi yang dialami semua perempuan yang melawan. Kesaksian perempuan di hadapan agresi industri tidak mungkin dipisahkan dari rumitnya pengalaman batin perempuan sehari-hari dalam selubung-selubung ikatan dengan orang-orang terdekatnya: suami yang ada tidak-ada, anak-anak sebagai sekutu gerakan, atau tetangga dan teman dekat yang menjadi orang asing dalam sikap terhadap para perampas.


Cerita bagaimana industri ekstraktif beroperasi pada kehidupan orang biasa di kampung dapat kamu lihat dalam buku ini. Buku yang berisikan kesaksian-kesaksian orang pertama yang kampung halamannya diserbu, dan bagaimana manusia diperlakukan seperti kecoa yang boleh diinjak ketika mempertahankan kehidupannya.


Perjuangan melawan tambang adalah perjuangan mempertahankan ruang hidup yang direnggut paksa oleh aktivitas tambang demikian yang disampaikan Imam Shofwan dalam buku berjudul “Berontak Sebagai Syarat Kehidupan”. Revolusi Industri membuka cara-cara baru untuk mengubah energi dan menghasilkan barang lewat beragam pembangunan. Setiap pembangunan membutuhkan bahan mentah dan energi. Pembangunan yang mengejar akumulasi kapital ugal-ugalan semata adalah pembangunan bercorak eksploitatif dan meminggirkan keadilan bagi perempuan dan kepentingan ekologis (Vandana Shiva dan Maria Ries 2005, 69).


Purnomo, D, Apriliano, B, Adir, A & Sihombing, D 2023, Berontak Sebagai Syarat Kehidupan, Kebengisan Industri Tambang di mata perempuan Kepulauan, e-book, JATAM Nasional, Jakarta, tersedia di https://www.jatam.org/berontak-sebagai-syarat-kehidupan/

Leave a Comment

Scroll to Top