Nausus adalah batu perempuan yang merangkul dan menyusui. Dia punya arti khusus, dimaknai sebagai perempuan yang menyusui. Dia merawat dan perlu juga dirawat sehingga tidak boleh hilang. Ada empat hal mendasar yang menjadi filosofi masyarakat Mollo: nasi fani on nafum—yang berarti ”rambut atau pori-pori adalah hutan”, fatu fani on nuif—”batu adalah tulang”, eol fani on na —”air adalah darah”, afu fani on nesa —”tanah adalah daging”.
Bagi orang Mollo Batu adalah batu nama. Nama marga ada pada batu-batu itu. Eksistensi masyarakat adat yang terancam punah ketika mereka harus kehilangan ”nama” mereka. Marga orang Mollo diambil dari batu, kayu dan air. Istilah itu bukan hanya simbol biasa, tapi untuk mendapatkan marga ini dilakukan ritual. Setelah mereka dapat nama mereka wajib mengadakan upacara untuk menghargai batu, air dan kayu.
Pada 1990an tambang masuk di wilayah Mollo. Karena tak punya pengetahuan tentang tambang, awalnya masyarakat Mollo beranggapan marmer akan memperindah batu, mempercantik gunung batu. Namun lambat laun mereka tahu bahwa pertambangan marmer memotong-motong batu dan membawanya keluar itu sama halnya pembunuhan, karena memotong tubuh dan menghancurkan identitas mereka.
Nama Nausus diadopsi oleh MAF sebagai program dukungan terhadap tokoh perempuan yang mempertahankan dan memulihkan ruang hidupnya di Indonesia Timur. Lantas sebenarnya apa sih makna Nausus.
Simak selengkapnya dalam obrolan bersama Aleta Baun, Perempuan Pejuang HAM Lingkungan di Kata Mama Aleta.