Saya ingin memeluk kalian dimanapun berada, khususnya anak-anak di Palestina, Selamat Hari Anak. Hari ini peringatan untuk anak-anak dan diperingati orang-orang yang tahu dan ingat saja.
Sebelumnya saya minta maaf kepada anak-anak kandungku dan anak-anak di seluruh negeri juga di seluruh dunia. Saya sangat sedih, merasa bersalah karena saya sebagai orang yang lebih dewasa dari kalian. Tapi saya merasa belum bisa jadi ibu yang baik, jadi teman yang baik untuk kalian semua.
Tangan ini belum mampu memeluk kalian semua sekedar mengusap kepala kalian untuk menyejukkan hatimu, untuk menghangatkan badanmu dan menepuk pundakmu untuk memberimu semangat.
Saat saya tulis surat ini, air mata saya tak bisa saya bendung, jeritan hati ini menjadi-jadi. Betapa tidak, mengingat kalian semua menjadi korban dari keserakahan, keegoisan, kesombongan orang-orang yang lebih dewasa, dari orang yang tidak bertanggung jawab. Orang tua kandung kalian sendiri berusaha memeras keringat, mengorbankan jiwa raga, waktu bahkan kehormatan untuk bisa sekedar memberi penghidupan buat kalian bisa makan dan hidup sederhana.
Akan tetapi orang-orang yang tidak bertanggung jawab telah menjadikan kalian korban kehilangan masa depan karena lingkunganmu dirusak, kehilangan hak untuk hidup tenang, damai, tentram, sehat dan cukup makan dan bertempat tinggal, serta bisa terus bisa berpijak di tanah sendiri, dan minum air dari ibu bumi sendiri. Ibu bumi yang selalu memberikan kehidupan.
Kamu memang semua bukan anak kandungku tapi nuraniku sebagai perempuan merasa bagaikan anak saya sendiri. Karena kita berpijak bumi yang sama, kita minum air yang sama, kita menghirup angin yang sama dan kita berlindung di bawah langit yang sama.
Kalian, anak-anak dan dulur-dulur yang ada di Palestina, kita tidak hanya terhubung sebagai sesama manusia yang berhak mendapatkan hidup yang aman, tapi kita terhubung oleh kuasa yang jahat, perusahaan Heidelberg dari Jerman. Kami sampai saat ini juga masih dalam ancaman Heidelberg Cement, karena mereka ingin mendirikan pabrik semen di Kabupaten Pati, tempat tinggal kami di Pegunungan Kendeng. Gunung-gunung itu adalah rumahnya air untuk kehidupan kami sebagai wong adat Sikep, yang hidupnya hanya bisa dari bertani dan beternak. Dan itu butuh air. Kalau ada sawah tapi tidak ada airnya, apa artinya? Kalau rumah air dirusak, sama saja kami akan kehilangan adat kami, kehilangan kehidupan kami, kehilangan tempat tinggal kami. Dan sudah 15 tahun pun Heidelberg Cement masih berusaha melanjutkan rencananya. Kami masih terus dalam ancamannya.
Tapi kalian ini, anak-anakku di Palestina, berada dalam penjajahan dan serangan yang bertubi-tubi oleh Israel, yang juga disponsori oleh keluarga besar perusahaan Heidelberg. Maka kalian harus kuat. Percayalah bahwa selemah-lemahnya kita, Tuhan akan menolong kita. Kita akan dikuatkan, kita akan diselamatkan, walau harus berdarah-darah, harus berkorban jiwa raga.
Percayalah, semesta selalu memberkati orang-orang yang baik dan benar. Mari satukan hati dalam doa, satukan tekad untuk mempertahankan ruang hidup dan menegakkan keadilan. Mari belajar setia dan berbakti kepada Ibu Bumi, supaya hidup terus berkelanjutan.
Untukmu kaum laki-laki, bapak-bapak pengambil keputusan dan kebijakan, saya mohon dengan hormat, dengan rendah hati: pikirkanlah matang-matang. Jangan sampai berlarut-larut, kebijakan yang Anda ambil justru malah memperbanyak korban atau mengorbankan sesama hidup, memutus kehidupan yang berkelanjutan. Saya mohon sekali, demi kita, sesama hidup di atas bumi ini, pertimbangkanlah matang-matang sebelum Anda putuskan sesuatu.
Sesekali saya berhenti menulis karena tangisan ini yang menghentikan tangan ini. Ingin rasanya saya memeluk kalian semua anak-anak, dimanapun kalian berada.
Mengapa situasi ini kita alami. Kenapa kita memiliki pemimpin berwatak raksasa?
Mereka orang-orang kaya yang kejam, orang-orang dewasa yang hanya berkuasa lima tahun tapi memporakporandakan kehidupan. Ini tak hanya terjadi di luar negeri saja. Dengan sadisnya merusak lingkungan. Mereka lupa bahwa kita butuh lingkungan, kita butuh hidup berkelanjutan walau hanya sekedar untuk makan dan minum saja masih banyak yang kesulitan. Dimana pengurus negara ini?
Apakah mereka tidak mendengar jeritan dan rintihan anak-anak? Apakah mereka lupa bahwa mereka juga pernah kecil, pernah jadi anak-anak?
Apa yang dibutuhkan anak kecil? Mereka hanya bisa meminta kepada orang yang lebih tua. Dimana tugas pemerintah, apa tugasnya? Dimana tanggung jawab negara?
Jangan mengatasnamakan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan dengan merusak lingkungan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Anda mendirikan pabrik-pabrik, gedung- gedung mewah dan Anda lupa bahwa anda telah menciptakan penyakit-penyakit karena terbukti di situ Anda juga membangun rumah sakit rumah sakit mewah.
Sekali lagi, anak-anak lah yang menjadi korban, umurnya tidak lagi panjang. Masih kecil sudah mengidap penyakit macam-macam, yang sangat berat dampaknya.
Anak-anakku, kuatlah. Kamu akan tumbuh dewasa dan kamu akan jadi orang yang berguna setidaknya untuk dirimu sendiri, kampung halamanmu. Tidak muluk-muluk untuk nusa dan bangsa, tetapi untuk keluarga, untuk leluhurmu dan kampung halamanmu. Itu sudah cukup. Jika sampai kamu berguna untuk nusa dan bangsa itu adalah kehendak Nya, dan bersyukurlah.
Untuk para ibu, mari kita sama-sama belajar. Sayangilah putra-putri anda. Mari jauhkan dari marabahaya lewat apapun, seperti handphone dan lain-lain. Mari kita didik, mari kita sayang. Jadikan teman dan dia merasa nyaman di samping orang tua. Anak tidak hanya butuh dikasih uang jajan, makan dan handphone atau materi tapi lebih dari itu.
Mari kita pupuk, kita tanamkan budi pekerti Welas Asih dengan sesama hidup sesama makhluk.
Kepada anak-anakku sayang ingatlah pengorbanan orang tua kalian yang sudah mengandung, melahirkan, merawat, mengasuh dengan kasih sayang memberi kecukupan mendidikmu sampai bersekolah. Kadang-kadang orang tua tidak pernah memikirkan kebahagian untuk diri sendiri tapi semua dilakukan demi anak.
Cintailah Ibu bumi.
Cintailah lingkungan.
Cintailah alam semesta yang telah merawat yang telah memberi segalanya
Jangan selalu memandang ke atas karena kakimu akan tersandung dan kamu akan jatuh. Tetapi tunduklah ke bawah, masih banyak orang yang hidup serba susah. Lihatlah betapa tulusnya Ibu bumi dari tanaman yang memberikan oksigen. Hewan-hewan kecil yang rela terinjak kaki kita. Budayakan selalu senang membantu orang lain. Jika kita melihat ke bawah dan kita akan banyak bersyukur dengan apa yang kita punya hari ini .
Mari kita bertanggung jawab atas kenikmatan yang telah kita rasakan selama ini
Anak-anak semua dimanapun kamu berada, sayangilah orang tuamu, bapak ibumu saudara-saudaramu. Kita tidak bisa hidup sendiri, kamu tidak bisa hidup sendiri. Belajarlah memilah dan memilih yang tepat. Jangan terburu-buru mengambil keputusan dalam hal apapun. Sebaiknya direnungkan, ditimbang-timbang, dipikir matang-matang, baru boleh memutuskan. Sejahat apapun orang tua tetap dia orang tuamu yang mengandung, melahirkan kalian. Tidak boleh membencinya. Tapi kamu harus punya pedoman agar yang jahat dan yang jelek tidak usah kamu tiru dan tidak boleh kamu benci. Tapi kamu harus memilih yang baik. Kalau kamu membencinya itu sama saja kamu jadi orang jahat. Tak ada bedanya dengan yang lain, tapi kamu harus terus berjalan di jalan yang benar, di jalan yang baik dan bisa lebih berguna untuk siapapun
Jangan memendam apapun jika terasa berat. Kamu harus bercerita kepada keluarga, kepada teman yang tepat. Mari kita sama-sama belajar, saya akan selalu berdoa untuk kalian semua. Lewat angin, lewat air, lewat matahari, lewat ibu bumi, dan Bapak langit untuk kebaikan kalian semuan.
Doaku akan tersampaikan dan akan dikabulkan. Amin.



