“Kembalikan yang sudah dirampas, hijaukan yang gundul, pulihkan yang rusak, rawat dan pelihara ciptaan Tuhan serta warisan leluhur”. (Mardiana Darren, 2024)
Mardiana Darren adalah sosok perempuan adat Dayak Ma’anyan yang menggabungkan berbagai peran dalam perjuangannya: sebagai perawat, penyembuh (healer), budayawan, dan pembela tanah adat. Setelah pensiun sebagai perawat, ia tidak hanya berfokus pada pengobatan medis tetapi juga merawat komunitasnya melalui praktik penyembuhan tradisional termasuk dari tanaman-tanaman obat di hutan adat. Ia mengumpulkan tanaman herbal dari hutan yang makin terancam dan menggunakannya untuk pengobatan. Ia percaya cara ini menyambungkan kembali hubungan masyarakat dengan alammnya yang diputus bersama hadirnya proyek ekstraktivisme seperti perammbangan dan perkebunan sawit skala besar.
Selain melakukan pemnbelaan terhadap tanah adat, Mardiana juga menjadi penjaga dan merawat budaya dan ekonomi lokal di komunitasnya. Sejak 2007, ia mendampingi perempuan Dayak Ma’anyan dalam mengembangkan kerajinan anyaman rotan, tidak hanya untuk melestarikan tradisi, tetapi juga sebagai sumber penghidupan alternatif di tengah ekspansi perkebunan dan tambang yang mengancam hutan adat mereka. Baginya, anyaman bukan sekadar keterampilan, tetapi bagian dari identitas dan perlawanan terhadap eksploitasi sumber daya alam.
Di balik keteguhannya, Mardiana juga mengalami tekanan dan intimidasi akibat aktivitas advokasinya, termasuk dalam pelaporan kasus korupsi pejabat daerah yang memberikan izin eksploitasi tanah adat kepada perusahaan besar. Ia kerap menerima ancaman melalui pesan dan telepon, tetapi tidak surut langkah dalam membela tanah dan hak perempuan adat. Di tengah berbagai tantangan, Mardiana tetap merawat warisan budaya dan identitas masyarakat Dayak Ma’anyan, salah satunya melalui sanggar tari Tamiang Miraputut dan Sanggar Rirung Munge yang didirikannya bersama masyarakat. Ia juga menciptakan dan mengajarkan tarian tradisional kepada generasi muda. Mardiana ingin memastikan bahwa perjuangan dan sejarah nenek moyang mereka terus hidup dalam gerak dan irama yang diwariskan.